Kamis, 02 April 2015 | By: Ahmad Yasir Aras

SOMBAYYA DI SOMBA PALIOI



Masuk di wilayah Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Kita akan melihat pemandangan indah dan udara yang sejuk dan di Desa Benteng Palioi kita dapat melihat pohon beringin raksasa yang tingginya lebih dari 45 meter tersimpan sejarah hingga Desa tersebut dinamakan Desa Benteng Palioi. Menurut cerita pohon beringin inilah yang di jadikan Benteng pertahanan Sombayya bersama para prajuritnya. Ia memiliki seorang panglima perang yaitu I Nyonri Daeng Massese. Sebelum berperang, di bawah pohon beringing itulah mereka menyusun strategi. Sampai sekarang dipercayai bahwa penjaga pohon beringin itu adalah seorang gadis cantik.
       Somba Palioi dulunya adalah Dusun dari Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang yang kini telah di mekarkan pada tahun 2012. Somba di maknai oleh warga Palioi sebagai ‘’To Risompa’’ atau Sombayya yang berarti seorang Raja perempuan. Sementara Palioi adalah tempat pertemuan atau biasa di sebut ‘’Toddao Pulinna Gowa, Toddo tallasa’na Bone’’ .Menurut cerita orang setempat, Sombayya berasal dari Kerajaan Gowa yang melarikan diri dan menginjakkan kakinya di tanah Palioi pada Tahun 1929 beserta rombongannya yang dipandu oleh Boto(juru jalan dan pemikir). Menurut Bapak Mamung salah seorang tokoh masyarakat, penyebab Sombayya sang Raja  melarikan diri dari kerajaan Gowa adalah karena adanya lamaran perjodohan yang di tujukan kepada Sombayya, akan tetapi Sombayya tidak menginginkan perjodohan tersebut sampai pada akhirnya ia melarikan diri dari kerajaan Gowa. Akibat dari kaburnya Sombayya dari Kerajaan Gowa, menyebabkan warga Gowa memberikan semacam kutukan bahwa tidak akan ikut atau menginjakkan kakinya  di tanah di mana Sombayya akan tiba dan bermukim. Sehingga sampai sekarang warga Gowa selalu mengurungkan niatnya jika hendak mendatangi Desa Somba Palioi dan ia juga berjanji akan menginjakkan kakinya ke tempat Sombayya berpijak apabila Mereka telah Memotong seekor kerbau dengan menggunakan Tanduk Gelang.
       Konon perjalan Sombayya dari Gowa beserta rombongannya memakan waktu hingga berbulan lamanya dan sempat mampir di beberapa tempat di Kabupaten Jenneponto dan Bantaeng. Mereka akhirnya tiba di lembah Desa Palioi dan bermukim sampai meninggal Dunia. Tidak ada yang tahu persis berapa lama Sombayya bermukim hingga wafat di Palioi, yang ada kini kuburannya sangat begitu dihormati. Kini kuburan Raja Sombayya berada di sekitar 2 kilo meter dari Desa Benteng Palioi dan Somba Palioi kerap kali dikunjungi oleh orang-orang mayoritas Bulukumba. Mereka berkunjung ketika ada niatan atau hajatan.  Pak Mamung adalah generasi kedua penjaga makam Sang Raja. Dalam ritual siarah kubur kemakam sang Raja mesti menyiapkan  beberapa hal, termasuk kerbuau dan sapi yang dipotong di lokasi makam sang Raja. Aroma mistis tidak hanya terasa di sekitar makam Raja Sombayya, Bapak Mustarin kepala Dusun Kalukua, Desa Benteng Palioi. Menuturkan cerita mistis disana. Konon suatu waktu ketika sebuah jembatan di Somba Palioi diperbaiki, seorang pekerja jembatan yang kebetulan orang Gowa tiba-tiba sakit dan meninggal. Entah kebetulan atau tidak, adapula cerita mistis tentang seorang Mahasiswa  yang datang untuk Kuliah Kerja Nyata  juga tiba-tiba meninggal. Dan ada pula cerita dari Bapak Mamung bahwa konon ada seorang Andi’ yang datang untuk bersiarah kemakam Sombayya, namun ia tidak bisa sampai dan akhitnya meninggal di sebuah sungai yang ada di Somba Palioi. Cerita tentang kutukan orang Gowa yang tidak boleh melintasi Somba Palioi masih berkembang hingga saat ini. Tentu kebenarannya tidak bisa diyakini seratus persen, tetapi cerita kutukan ini menginspirasi kepada kita semua untuk memahami bahwa ada relasi historis antara dimensi kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.
       Sebelum meninggal, Sombayya berpesan agar kelak ia meninggal maka arah kakinya mengarah ke Gowa(menjulur). Kuburan tersebut dikenal sebagai tonrang Gowa.
       Berdasarkan hasil penelitian di Desa Somba Palioi dan Benteng Palio tidak ada gelar Andi’ atau karaeng,  karena apabila ada keturunan darah Bangsawan yang masuk ke wilayah benteng Palioi maka gelar Andi’nya akan hilang. Dan itu juga merupakan salah satu kutukan dari masyarakat Gowa.

0 komentar: